Lambang atau simbol
Lambang memiliki pengertian sebagai
sesuatu seperti tanda (lukisan, tulisan, perkataan) yang menyatakan suatu hal,
yang mengandung suatu makna tertentu. Chaer mengemukakan (2013: 37) bahwa
lambang sebenarnya juga adalah tanda. Hanya bedanya lambang tidak memberi tanda
secara langsung, melainkan melalui sesuatu yang lain. Misalnya warna merah pada
bendera Sang Merah Putih merupakan lambang “keberanian”, dan warna putih
merupakan lambang “kesucian”. Gambar padi dan kapas pada burung Garuda
Pancasila melambangkan”keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Lambang atau simbol merupakan tanda
yang bersifat konvensional yang dihasilkan manusia melalui alat ucapnya.
Menurut Plato dalam Prawirasumantri (1998: 24) bahwa lambang atau simbol adalah
kata dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang kita hayati di dunia
yang berupa rujukan oleh lambang tersebut. Seperti kata Odgen dan Ridchard
(1972: 9) dalam Chaer (2013: 38) bahwa lambang ini bersifat konvensional ,
perjanjian; tetapi ia dapat diorganisasi, direkam dan dikomunikasikan.
Bunyi-bunyi bahasa atau satuan
bahasa sebenarnya termasuk lambang sebab sifatnya konvensional. Untuk memahami
makna atau yang diacu oleh bunyi-bunyi bahasa itu kita harus mempelajarinya.
Tanpa memepelajarinya, orang Inggris tidak akan tahu bahwa <meja> dalam
bahasa Indonesia adalah ‘table’ dalam bahasanya.
Referent
Istilah ini akan lebih mudah dipahami saat kita melihat
segitiga makna yang dipopulerkan oleh Ogden dan Richards. Dua linguis ini
membuat sebuah penemuan yang mengesankan. Konsep ini kurang lebih hampir sama
dengan segitiga Ullman. Oleh karena itu, konsep ini sering digunakan penulis
dalam menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kajian semantik.
Pada gambar itu ada symbol yang memfokuskan pada kata
sebagai bahasa simbolik. Jadi ketika sebuah kata yang ditulis atau diucapkan
akan memiliki makna untuk merujuk kepada sesuatu diluar bahasa. Sebagai contoh,
kita membaca tulisan ‘kursi’ dalam sebuah teks. Maka, kita akan menghubungkannya
pada sebuah benda yang berdasarkan pengalaman kita, pernah melihat ataupun
menggunakannya. Konteks fisikal inilah yang kemudian disebut referent. Tetapi
dalam perkembangannya, konsep Ogden dan Richard lebih cocok untuk sebuah kata
benda ‘yang konkrit’, bukan kata emotif. Kata emotif lebih sulit untuk dipahami
secara lebih jelas karena telah dicampuradukkan dengan emosional, diplomatic
dan gangguan lain. Sebagai contoh kata rajin, baik, kebebasan, kesetiaan.
Istilah reference memiliki maksud pada
symbol bahasa dan rujukan. Sebagai contoh, kita bisa menyebut ‘Ir. Sukarno’
atau ‘Presiden RI yang pertama’ guna merujuk pada referent yang sama. Dengan contoh yang telah diberikan ini kita
bisa lebih mengerti apa yang dimaksud dengan
reference dan referent.
What
is Symbolset?
Symbolset
aims to provide well-crafted symbols using the most suitable methods. This has
led us to develop our own semantic symbol webfont. Let’s discuss how we
arrived at webfonts and why semantics are important.
There are other techniques for
displaying symbols that are suitable under certain conditions. We’ll talk about
those another time.
Where
did symbol fonts come from?
Proto- symbol fonts are kind of old.
They weren’t called fonts, the term was used more conservatively than it is
today. They lacked the cohesion, the set-ness, of a typeface. But these
pictorial cuts were sold and used alongside type. They were wood, metal, film,
and available in type catalogs as individual pieces. The imagery and themes of
these old pictorial cuts were different but the relationship with type was the
same.
Today, our computers ship with
symbol fonts: Zapf Dingbats (1978) which would eventually become part of Unicode; Wingdings (1990); and Webdings (1997) designed by, among others, Vincent Connare
of Comic Sans and Trebuchet fame.
Why
webfonts?
Fonts are a familiar tool. They’re
lightweight and they provide dozens of glyphs with a single HTTP request.
Symbol fonts have the same properties as any font on the web: file size, scale,
color, transparency, effects, transitions, and more.
Webfonts are becoming a more popular
means for displaying symbols and UI elements. The adoption of symbol fonts by
the web has been precipitated by a need for resolution-independence and backed by support for webfonts.
How
are they used?
Digital symbol fonts commonly map
symbols in place of alphabetic characters. This method, still in use by many
icon fonts today, is a clever hack for dealing with limitations of early
digital font formats. With Symbolset we are removing those limitations.
Each icon font using this technique
maps symbols in their own way. “A” will be five different symbols in five
different fonts. This arbitrary mapping boxes us in. It prevents conversation
between sets and doesn’t allow us to change sets easily.
Digital type has a system. You can
set “A” in Helvetica, Georgia, or Verdana. Each will look different, and
subjectively beautiful. However each is an “A” and each has Unicode code point U+0041. “A” is not an airplane. It’s not a checkmark nor a paperclip.
Language and systems are vital.
How
does Symbolset work?
Elegant solutions are often created
with the tools you already have.
Our system uses plain-language
keywords and Unicode instead of letter-mapping. They’re baked into our fonts
with OpenType.
As we release new sets we reinforce
imagery and meaning. We nurture a system that allows us to switch between sets
as we would typefaces.
Is
this a new idea?
There have been a handful of fonts
that use similar OpenType features but nothing that meets the needs of the web.
A handful of people have told us
they’ve dreamt of semantic symbol fonts. That’s awesome. That tells us that
this makes sense. The semantic font is the logical step given our tools and
needs.
Why
are semantics important?
Our web is powered by language, a
system of structure and syntax.
Type is a system for visualizing
language. HTML is a language for describing structure. CSS is a language for
describing presentation.
We assemble the web, connecting
these building blocks with others. Semantic symbol fonts offer system, language,
and most importantly meaning to a tool that is without any.
Let’s invest in type on the web.
Let’s invest in our core tools.
Let’s invest in language.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar